Surat Cinta yang Tak Boleh Dibalas

 

ilustrasi dibuat oleh AI


 

Aku masih ingat momen ketika doaku terkabul. Sekalipun ketaatanku kepada Tuhan tidak sebaik orang lain, Dia selalu menunjukkan kebaikan-Nya kepadaku. Pada saat itu, aku merasa seperti sedang terbang di atas awan dan dipenuhi rasa bahagia serta lega karena akhirnya terbebas dari beban yang selama ini mengimpitku. Namun, saat aku melihatmu pergi, aku merasa seperti ada bagian dari diriku yang hancur. Aku merasakan kehilangan yang dalam.

Aku yakin, pertemuan kita adalah takdir. Sebenarnya, aku ingin menyalahkanmu karena mencintaiku dan membuatku terjebak dalam perasaan ini. Namun, aku tahu aku tidak bisa menyalahkanmu ataupun takdir. Aku hanya bisa menyalahkan diriku sendiri karena membiarkan cinta ini terus tumbuh di hati.

Sekarang aku mencoba menerima kenyataan bahwa kita tidak akan pernah bisa memiliki cinta ini bersama. Kucoba memahami bahwa kita harus berpisah dan melanjutkan hidup masing-masing.

Aku masih ingat pertemuan pertama kita. Aku ingat percakapan kita dan bagaimana kita saling  jatuh cinta. Tetapi aku juga ingat bahwa kita tidak pernah mempunyai kesempatan untuk bersama. Aku dan kamu berasal dari dunia yang berbeda dan memiliki latar belakang serta tujuan yang berbeda. Orang-orang di sekitar kita pun berbeda. Kini semua perbedaan itu tampaknya telah memudar dari ingatanku. Aku tidak peduli dengan tantangan yang kita hadapi. Aku hanya memikirkan cinta kita kala itu.

Aku ingat kamu berjanji  tidak akan pernah meninggalkanku.  Saat itu, dalam pelukanmu, kamu memastikan bahwa aku tidak akan pernah terpisah darimu. Kamu akan selalu berada di sisiku apa pun yang terjadi.

Prana, aku percaya kepada ketulusan cintamu. Sekalipun takdir tidak melihatnya seperti itu, aku percaya kamu akan selalu bersamaku. Namun, aku juga tahu bahwa jalan kita mungkin tidak lagi sejalan. Kita harus berpisah dan melanjutkan hidup.

Aku harap kamu segera menemukan kebahagiaan. Aku harap kamu menemukan cinta sejati dan hidup bahagia selamanya. Semoga kamu selalu mengingatku dengan baik.

Dan yang terpenting, aku ingin mengucapkan terima kasih. Terima kasih telah menemukanku terlebih dahulu, mengenalku, dan peduli padaku. Terima kasih telah tersenyum kepadaku, telah menghubungiku, dan telah jatuh cinta padaku sejak awal. Terima kasih karena telah mengerti aku, cemburu padaku, dan mendoakanku dengan sepenuh hatimu.

Aku pamit, Prana. Aku akan selalu mengingatmu dengan baik.

~Alya

 

Prana melipat surat dari Alya dan menyimpanya di saku jaket. Lelaki itu menyesap kopinya perlahan. Ada beribu tanda tanya bersarang di otaknya sekarang. Tentang bagaimana Alya mengabaikannya, bagaimana gadis itu ingin melupakan janji-janji mereka berdua. Bagaimana bisa setelah menghilang berbulan-bulan, Alya dengan tidak tahu diri mengirimkan surat tanpa alamat kepadanya. Prana tidak pernah melupakan janjinya pada Alya. Ia mengingatnya sejelas nadi yang berdetak di raganya. Namun, janji yang mereka ucapkan tidak ada artinya untuk perempuan itu.

Mungkin ini yang terbaik, Alya. Kamu dengan jalanmu dan aku berada di jalan yang lain. Kita hanya mengambil jalan yang berbeda di suatu persimpangan yang tidak kita duga, meski sebelumnya kita berjanji akan selalu berada di satu jalan yang sama, ujar Prana dalam hati.

Lelaki berambut sedikit gondrong itu mengambil kembali surat itu dan meremasnya.

See you, Alya, lanjutnya dalam hati. Terima kasih atas salam terakhirmu. []

 

~intanrahma

Terinspirasi oleh lagu berjudul Dalam Kenangan oleh Krisdayanti.

 

Editor: Windy Effendy

 

No comments