SIANG meranggas di pepohonan yang tak teduh
Daun kering luruh menyisakan dahan dan ranting kurus
Meninggalkan sepenggal keteduhan yang dulu pernah menghijau
Kabarnya ada yang akan tiba tapi mengapa tak kunjung jatuh
Aku menyimaknya seperti masa lalu yang gugur
Seperti mimpi tak dikehendaki yang menggila di kepala
Mengapa selalu ini yang mengikuti cinta; pilu
Perkara yang tak dimengerti tapi terjalani bagai kebodohan
Jika ada perilaku pecinta sejati yang tak masuk akal itu barangkali menunggu
Selalu membuat tak waras tapi selalu agung di hadapan pemujanya
Menjerat silam yang memukau itu kembali menjadi permintaan
Seperti maling, ia merampas sesuatu yang hendak disayang-sayang
Kadang yang ditunggu tentulah yang diharapkan
Jika ada yang sendirian untuk yang sendirian
Tak peduli yang lama ditunggu urung membasuh luka
Misterinya sanggup membuat yang percaya jadi egois
Hatinya mengeras seperti batu di kepala ditimpuk massa
Berlagak setia pada kesalahan-kesalahan yang tak terhitung
Teriakan-teriakan di ujung siang itu sangat dekat
Mendengungkan ketakutan yang dibuat oleh cinta yang tersisa
Tempat ini terlalu kejam untuk dihuni sebentar
Semakin lama kau akan tahu mengapa tak ada yang mau pergi
Barangkali pulang itu tak selalu ke rumah yang diidamkan
Kadang berupa banjir sepaha yang menggenang atau tersangkut di gang sempit
Yang penting mimpi-mimpi itu masih menjerat kita
Membawa pada lompatan waktu yang tak terkira
Membayangkan kelak ada yang menyediakan diri membuka pintu
Menyilakan masuk untuk saling menggambar kenyataan
Berwujud rupa-rupa keinginan yang tak pernah terampas lagi
Memberikkan maaf yang menolong luka-luka itu sembuh…
Surabaya, 9 Desember 2023
Heti Palestina Yunani
Jurnalis, penulis, penyuka hujan dan matahari, tinggal di Surabaya
No comments