Awalnya Tegang, Gathering Penyelam Surabaya Berakhir Gayeng



Ditulis oleh Indria Pramuhapsari

SURABAYA – Kian diminati, diving menjadi topik perbincangan seru di Scuba World Dive Center, kawasan Rungkut Industri, Surabaya, pada Jumat (18/7) malam. Para penyelam dari komunitas, kampus, dan Angkatan Laut (AL) menyimak talk show series Gear Up & Get Ready yang dipandu Fifin Maidarina.

          “Malam ini materi yang saya sampaikan memang serius. Tapi, tidak perlu tegang. Kita belajar bersama-sama,” ujar Ryan Koesuma, instruktur selam PADI, SSI, Sidemount, Technical & Trimix.



          Sebelum masuk ke inti pembahasan tentang gradient factor atau GF, dia lebih dulu brainstorming tentang dive computer. “GF ini tools yang ada pada dive computer,” kata lelaki asal Jakarta tersebut.

Sebelum era dive computer, para penyelam menggunakan tabel sebagai patokan saat menjelajah kedalaman lautan. Kini, semuanya bisa dipantau dan bahkan disetel di dive computer. “GF juga kita atur dari situ. Ini penting untuk mendukung kenyamanan penyelam ketika menikmati keindahan bawah laut,” lanjut Ryan.

          Dibandingkan fitur lain di dive computer, GF memegang peranan penting. Ketahanan tubuh, durasi penyelaman, titik aman penyelaman, sampai frekuensi stop dalam perjalanan kembali ke permukaan laut bisa dipantau dari situ. 



          “Yang namanya teknologi, tentu semuanya bergantung pada kita. Kita yang menyetel, mengatur, dan memantau kondisi tubuh kita. GF hanya membantu,” lanjut Ryan dalam diskusi yang didukung Sherwood Scuba Group-Indonesia itu.

          Dalam bahasa awam, penyelam berpengalaman itu menyebut GF sebagai sarana untuk menjadi bandel. “Ya kalau setelan kita tepat, maka GF ini mendukung para penyelam untuk menjadi bandel. Bisa lebih lama bersenang-senang di dalam laut, tanpa harus mempertaruhkan keselamatan karena semuanya terukur lewat GF,” paparnya.

Satu hal penting yang bisa dihindari lewat pantauan GF adalah dekompresi. “GF ini bisa meminimalkan risiko decompression sickness,” terangnya.



Namun, penyelam tidak bisa sepenuhnya bergantung pada GF. Ryan menegaskan bahwa penting bagi penyelam untuk mengenali kondisi tubuh masing-masing. Sebab, GF hanya bisa mengukur heart rate. “Gejala lain seperti kesemutan atau kerusakan jaringan dalam tubuh tidak bisa diukur dari GF. Tidak ada sensor yang secanggih itu. Kita perlu benar-benar mengenali tubuh kita agar tahu jika ada yang tidak beres,” paparnya.  

Menyusul diskusi sesi pertama yang serius, Dian Setiawan hadir sebagai narasumber perawatan dive gear pada sesi kedua. Lelaki gondrong yang merupakan teknisi spesialis di bidang elektronik, dive gear, dan cylinder visual inspection, itu membedah langkah-langkah perawatan regulator, BCD, wetsuit, dan mask.

“Pengetahuan ini penting tidak hanya untuk keselamatan, tapi juga untuk efisiensi jangka panjang. Sebab, bagi para penyelam, perlengkapan selam adalah investasi,” tegasnya.



Bersama Founder Scuba World Dive Center Ferdie Wenas, Dian mempraktikkan langkah-langkah penting saat membersihkan dive gear. Mereka juga mencontohkan cara yang benar saat mengangkat tabung scuba, dan membawa serta menyimpan regulator.

Berbeda dengan sesi pertama yang serius dan bikin mikir, talk show sesi kedua berlangsung gayeng. Beberapa peserta juga diajak terlibat dalam simulasi perawatan dive gear. “Perhatikan ya. Jangan sampai salah lagi,” pesan Ferdie. (*)

 

 

No comments